Rabu, 27 November 2013

permainan seorang (sahabat) *2

**************************************************************
Dengan setengah mengantuk aku hanya mengiyakan kata kata dari Ita. Setelah sampai di rumah aku langsung saja melesat ke kamar tak ku hiraukan perkataan Mia adik perempuanku. Sesampainya di kamar ku letakkan surat yang diberikan Ita di meja belajar dan langsung saja aku menerjun bebas ke kasur yang empuk. Aneh rasanya, saat diatas kasur mata ku tak mau menutup dan sulit sekali tertutup. Mungkin teralalu berpikir keras. Tapi apa yang sedang aku pikirkan?? Oiaaa Undangan itu. Aku baru sadar ternyata undangan itu undangan pesta Ulang Tahun Ita. Aduuh betapa bodohnya aku bisa lupa dengan ulang tahun Ita. Aku berpikir keras apa yang akan aku berikan kepada sahabatku itu. Jam tangan mewah??? Mana ada uang untuk membelinya. Boneka??? Sejak kapan Ita suka boneka. Lantas apa yang akan ku berikan pada Ita sedangkan hari pestanya sebentar lagi. Ahaa aku punya ide.
***saat hari itu tiba***
Handphone ku bergetar tanda pesan singkat masuk
“hallo Zahra., jangan lupa ya nanti dandan yang cantik dan jangan lupa dateng ya, oiia nanti jam 7 malem biar Mang Ujang menjemputmu, okee J
“siap komandan”
Saat ini jam menunjukkan pukul 6 sore. Berarti ada waktu setengah jam untuk bersiap siap. Sebelum pergi tak lupa aku berpamitan dengan orang tuaku dan juga adik ku Mia. Di tangan kananku sudah membawa sebuah bingkisan ukuran kira kira 2 x 1 m. Cukup besar memang tapi tak apalah demi sahabatku apa sih yang tidak. Saat perjalanan, sering sekali aku melirik jam yang melinggar dipergelanagan tanganku, takut jika tak datang terlambat. Mungkin bukan keberuntunganku, ternyata jalanan macet parah. Mungkin macetnya kira kira 3 meter entah apa penyebab kemacetan ini. Terlintas dibenakku untuk naik ojek saja. Tapi bagaimana dengan bingkisan yang kubawa ini?? Aaah..
Pukul 8 malam barulah aku sampai dirumah Ita. Terlambat satu jam. Dan didalam mungkin sudah ramai.
“eh Zahra..”
“maaf ya tante Zahra telat, tadi dijalan macet parah”
“it’s oke Ra, oia tuh udah ditunggu Ita dia dari tadi nyariin kamu”
“ooh oke tante makasih ya”
Saat hendak mengagetkan Ita dengan bingkisanku, aku melihat Ita sedang asyik berbicara dengan Fey. Tak sengaja aku mendengar percakapan mereka
“eh Ita, Selamat Ulang tahun ya”
“makasih ya Fey, udah mau dateng di acara ku”
“sama-sama Ta, oh ya selamat ya Ta”
“selamat?? Selamat apa Fe?”
“selamat kamu menang Taruhan”
“taruhan?? Taruhan apa?”
“alah, jangan pura pura lupa deh Ta, itu taruhan buat deketin si Zahra anak kampungan itu, masak kamu lupa”
“ooh soal itu, aku aja udah lupa soal itu”
Jadiii... selama ini, Ita bersahabat dengan ku hanya karna taruhan dengan Fey?? Sungguh aku tak percaya niat piciknya ini. Pyaaar.., tak sengaja bingkisan itu jatuh dan pecah menjadi kepingan kepingan. Suara bingkisan itu membuat semua orang mengarahku, termasuk Ita dan Fey. Tanpa berpikir terlalu lama segera saja aku berlari dan air mataku mulai berlinangan keluar. Dibelakang aku melihat Ita yang tengah mengejarkan dan berteriak untuk menahan ku
“Raa.. tunggu ra, aku akan jelasin semuanya., ini semua hanya slaah paham Ra, kumohon berhentilah Ra..”
Tak ku hiraukan suara Ita yang merayu rayu untuk menghentikan langkahku. Secepat kilat aku masuk ke dalam taxi yang berhenti dan menyuruh pak sopir untuk melaju kencang. Disepanjang perjalanan pulang Ita selalu saja menghubungi ku dan mengirim pesan singkat yang berisi permintaan maaf. Tapi tetap saja tak ku hiraukan. Sepanjang itulah aku menangisi semua kebodohanku selama ini. Dan bingkisan itu??? Bingkisan yang ku buat indah dan bertuliskan “Selamat Hari Lahri kawan Terbaikku. Ditambah dengan foto foto kami berdua dan tak lupa sedikit aksen lukisan yang kubuat sendiri menambah warna warni bingkisan itu.  Kini menjadi kepingan kepingan yang menjadi saksi bisu. Dimana aku begitu tulus saat membuatnya menjadi lebih indah. Dan saksi bisu dimana kejadian Malam ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar