Rabu, 27 November 2013

permainan seorang (sahabat) *1

Kulempari semua benda yang didepanku. Ku coret coret paras ayumu di foto yang tertempel indah di cermin riasku. Amarahku tak terbendung lagi. Malu, kesal, kecewa dan sedih tak dapat ditahan. Tak terpikir olehku mengapa kau setega ini. Lantas, apa arti dari semua ini?? 3 tahun sudah kau dan aku selalu berasama sama. Bahkan kau dan aku seperti perangko dan surat tak dapat terpisahkan. Ternyata selama ini aku salah. Aku telah masuk kedalam perangkap “manis”mu.
******
Awalnya ku pikir kau sama seperti teman-teman yang lain. Yang hanya mau berteman dengan mereka yang derajatnya sama atau lebih tinggi. Tapi ternyata dugaanku salah. Kau bahkan ramah sekali dengan anak seorang angkringan seperti aku.
“hai, kamu yang namanya Zahra itu kan?”
“emm iy... iyaa”
“kenalin aku Bernita” sambil menjulurkan tangan
Dari perkenalan singkat itulah aku mulai mengenal sosok yang menjadi sehabat ku selama 3 tahun. Semenjak saat itu aku dan Bernita menjadi akrab dan saling tukar informasi tentang apapun yang kita sukai. Dan semenjak itulah Bernita selalu mempromosikan warung angkringan milik orang tuaku, berkat promosinya alhamdullilah warung orang tuaku semakin hari semakin ramai. Mungkin aku berhutang budi padanya. Setiap hari aku selalu berangkat bersama dengan nya. Bersepeda bersama?? Hahaha.., tentu saja tidak. Setiap pagi  Ita, sapaan kesayangaku padanya dan sopir pribadinya sudah siap siaga di depan gang menuju rumahku. Maklum lah mana muat mobil mewah seperti itu melewati gang tikus ini. Mungkin saking baiknya Ita, kadang ketika pulang sekolah aku dan Ita sering mampir di mall mall untuk sekedar makan ataupun jalan jalan. Jika melihat semua ini aneh rasanya. Ko ya ada gitu lho anak orang kaya sebaik dia.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tak terasa sebentar lagi akan diadakan Ujian Akhir Semester yang pertama. Satu minggu penuh aku dan Ita rajin belajar kelompok di rumah Ita.
“ini gimana sih caranya, Ra??”
“ooh ini, caranya mencari nilai X-nya dulu baru dikuadratkan”
“oooh.. begitu aku coba dulu ya”
****
Ujian Akhir Semester pun tiba. Sayang sekali aku dan Ita tidak satu ruang. Tapi tak apa yang penting hati ku selalu satu ruang dengan Ita. Alhamdullilah, semua yang dipelajari saat belajar kelompok 90% keluar semua.
*hari terakhir Ujian*
“Hallo Zahraaaaaaaaaa” sapa Ita didepan gerbang sekolah
“nyapanya jangan keras-keras. Berisik tauk..!”
“hehehe... iya deh iya, oh iya hari ini kan hari terakhir Ujian. Gimana kalo nanti pulang sekolah kita me-refresh otak dan pikiran kita, gimana?”
“eemm.., emangnya mau kemana?”
“ya kemana ke yang penting kita senang”
“eemm.. boleh deh boleh”
“yeeeee.... asyiik, sampai ketemu nanti siang Zahraaaa”
*Saat pulang sekolah*
“Selamat siang putri Zahra Kamellia”
“iih panggilnya biasa aja kali -_-“
“hahaha.. iya deh iya. Oia jadi kan kita?, yuk berangkat sekarang keburu sore nih”
Saat berada didalam mobil aku dan Ita banyak bercerita, bahkan kadang naluri narsis kita muncul ketika melihat lensa kamera handphone. Tak terasa kita mobil yang membawa aku dan Ita sudah sampai di parkiran tempat bermain. Disana aku dan Ita hampir mencoba semua wahan permainan yang ditawarkan. Sampailah kita didepan box
“eeh Ra, coba deh liat yang didepan kita ini apa?”
“didepan kita??, photobox maksud kamu?”
Dengan wajah yang berseri seri “iyaaaa...”
“trus kenapa kalo didepan kita ada photobox?”
“masuk yuuk”
“aah.., enggak ah males”
“ayo, coba dulu kan asiik”
“ya udah deh, demi kamu”
“ayoo donk Ra bergaya, 1.. 2.. 3.. chreees J, lagi Ra lagi”
“udah ah jangan banyak banyak”
“iyee, ini juga udah selesai ko tinggal nunggu jadinya aja”
“hmmm...”
“nih fotonya udah jadi buat kamu satu, dirawat baik baik kalo perlu dilaminating juga bagus, hehehe”
“iya iya bawel, udah ah pulang yuk, udah sore”
“siap komandan”
Saat perjalanan pulang, aku dan Ita tak banyak bicara mungkin karena badan sudah lelah dan sudah capek. Perjalanan dari tempat bermain ke rumah memang memakan waktu yang lumayan lama. Kesempatan ini aku gunakan untuk tidur sejenak. Hoooaam., saat kubuka mata ternyata sudah sampai di gang depan rumah. Secepat mungkin aku turun dari mobil. Saat akan memasuki gang tiba tiba Ita memanggilku.
“Raaa.., tunggu dulu”
“ya, kenapa ta?”
“em, ini aku Cuma mau ngasih undangan, datang ya besuk Sabtu ke rumah J
********************************************************************************











Tidak ada komentar:

Posting Komentar