Jumat, 29 November 2013

mencintaimu dalam diamku

diam diam  sering memperhatikanmu. diam diam sering tersenyum padamu. diam diam sering memikirkanmu. diam diam sering memanggil namamu di dalam hati dan diam diam.... aku jatuh cinta padamu.
aku hanya berani melakukan semua itu diam diam. aku tak berani melakukan semua itu dengan sepengetahuanmu. aku takut, jika nanti kamu tahu akan membuatmu menjadi ilfil dan menjauhiku. mungkin sebaiknya ku simpan dalam relung kalbuku.
aku tak berani melihat mata mu secara langsung. aku tak berani menyapamu. aku tak berani memanggil namamu. aku tak berani... mengungkapkan semua isi hati.
aku hanya berani menyapamu lewat sorot mataku. aku hanya berani melihat profil mu di jejaring sosial. aku hanya berani..... mendoakanmu dari jauh
ketika aku tahu kamu tlah  menemukan semangatmu yang baru... marah?? kecewa?? sedih?? cemburu?? iya itu pasti. tapi aku bisa apa??  toh kamu juga tak mengerti perasaan ku yang sebenarnya. aku lebih baik diam dan berusaha cuek. berusaha tegar dihadapanmu. berusaha tersenyum walaupun hati perih. berusaha sewajarnya seakan akan tak terjadi apa apa. dan berusaha mendoakan yang terbaik untukmu
            "Tuhan, jika dia tlah menemukan semangat yang lain, semoga ia bahagia dengan pilihannya ini. aku rela menahan semua perih yang kurasakan asal ia bahagia dengan pilihannya :'). dan semoga kebahagiaannya tak sementara. amiin"



dari penggemar: yang tak pernah kau anggap ada 
dan selalu kau acuhkan :")

Rabu, 27 November 2013

permainan seorang (sahabat) *2

**************************************************************
Dengan setengah mengantuk aku hanya mengiyakan kata kata dari Ita. Setelah sampai di rumah aku langsung saja melesat ke kamar tak ku hiraukan perkataan Mia adik perempuanku. Sesampainya di kamar ku letakkan surat yang diberikan Ita di meja belajar dan langsung saja aku menerjun bebas ke kasur yang empuk. Aneh rasanya, saat diatas kasur mata ku tak mau menutup dan sulit sekali tertutup. Mungkin teralalu berpikir keras. Tapi apa yang sedang aku pikirkan?? Oiaaa Undangan itu. Aku baru sadar ternyata undangan itu undangan pesta Ulang Tahun Ita. Aduuh betapa bodohnya aku bisa lupa dengan ulang tahun Ita. Aku berpikir keras apa yang akan aku berikan kepada sahabatku itu. Jam tangan mewah??? Mana ada uang untuk membelinya. Boneka??? Sejak kapan Ita suka boneka. Lantas apa yang akan ku berikan pada Ita sedangkan hari pestanya sebentar lagi. Ahaa aku punya ide.
***saat hari itu tiba***
Handphone ku bergetar tanda pesan singkat masuk
“hallo Zahra., jangan lupa ya nanti dandan yang cantik dan jangan lupa dateng ya, oiia nanti jam 7 malem biar Mang Ujang menjemputmu, okee J
“siap komandan”
Saat ini jam menunjukkan pukul 6 sore. Berarti ada waktu setengah jam untuk bersiap siap. Sebelum pergi tak lupa aku berpamitan dengan orang tuaku dan juga adik ku Mia. Di tangan kananku sudah membawa sebuah bingkisan ukuran kira kira 2 x 1 m. Cukup besar memang tapi tak apalah demi sahabatku apa sih yang tidak. Saat perjalanan, sering sekali aku melirik jam yang melinggar dipergelanagan tanganku, takut jika tak datang terlambat. Mungkin bukan keberuntunganku, ternyata jalanan macet parah. Mungkin macetnya kira kira 3 meter entah apa penyebab kemacetan ini. Terlintas dibenakku untuk naik ojek saja. Tapi bagaimana dengan bingkisan yang kubawa ini?? Aaah..
Pukul 8 malam barulah aku sampai dirumah Ita. Terlambat satu jam. Dan didalam mungkin sudah ramai.
“eh Zahra..”
“maaf ya tante Zahra telat, tadi dijalan macet parah”
“it’s oke Ra, oia tuh udah ditunggu Ita dia dari tadi nyariin kamu”
“ooh oke tante makasih ya”
Saat hendak mengagetkan Ita dengan bingkisanku, aku melihat Ita sedang asyik berbicara dengan Fey. Tak sengaja aku mendengar percakapan mereka
“eh Ita, Selamat Ulang tahun ya”
“makasih ya Fey, udah mau dateng di acara ku”
“sama-sama Ta, oh ya selamat ya Ta”
“selamat?? Selamat apa Fe?”
“selamat kamu menang Taruhan”
“taruhan?? Taruhan apa?”
“alah, jangan pura pura lupa deh Ta, itu taruhan buat deketin si Zahra anak kampungan itu, masak kamu lupa”
“ooh soal itu, aku aja udah lupa soal itu”
Jadiii... selama ini, Ita bersahabat dengan ku hanya karna taruhan dengan Fey?? Sungguh aku tak percaya niat piciknya ini. Pyaaar.., tak sengaja bingkisan itu jatuh dan pecah menjadi kepingan kepingan. Suara bingkisan itu membuat semua orang mengarahku, termasuk Ita dan Fey. Tanpa berpikir terlalu lama segera saja aku berlari dan air mataku mulai berlinangan keluar. Dibelakang aku melihat Ita yang tengah mengejarkan dan berteriak untuk menahan ku
“Raa.. tunggu ra, aku akan jelasin semuanya., ini semua hanya slaah paham Ra, kumohon berhentilah Ra..”
Tak ku hiraukan suara Ita yang merayu rayu untuk menghentikan langkahku. Secepat kilat aku masuk ke dalam taxi yang berhenti dan menyuruh pak sopir untuk melaju kencang. Disepanjang perjalanan pulang Ita selalu saja menghubungi ku dan mengirim pesan singkat yang berisi permintaan maaf. Tapi tetap saja tak ku hiraukan. Sepanjang itulah aku menangisi semua kebodohanku selama ini. Dan bingkisan itu??? Bingkisan yang ku buat indah dan bertuliskan “Selamat Hari Lahri kawan Terbaikku. Ditambah dengan foto foto kami berdua dan tak lupa sedikit aksen lukisan yang kubuat sendiri menambah warna warni bingkisan itu.  Kini menjadi kepingan kepingan yang menjadi saksi bisu. Dimana aku begitu tulus saat membuatnya menjadi lebih indah. Dan saksi bisu dimana kejadian Malam ini

permainan seorang (sahabat) *1

Kulempari semua benda yang didepanku. Ku coret coret paras ayumu di foto yang tertempel indah di cermin riasku. Amarahku tak terbendung lagi. Malu, kesal, kecewa dan sedih tak dapat ditahan. Tak terpikir olehku mengapa kau setega ini. Lantas, apa arti dari semua ini?? 3 tahun sudah kau dan aku selalu berasama sama. Bahkan kau dan aku seperti perangko dan surat tak dapat terpisahkan. Ternyata selama ini aku salah. Aku telah masuk kedalam perangkap “manis”mu.
******
Awalnya ku pikir kau sama seperti teman-teman yang lain. Yang hanya mau berteman dengan mereka yang derajatnya sama atau lebih tinggi. Tapi ternyata dugaanku salah. Kau bahkan ramah sekali dengan anak seorang angkringan seperti aku.
“hai, kamu yang namanya Zahra itu kan?”
“emm iy... iyaa”
“kenalin aku Bernita” sambil menjulurkan tangan
Dari perkenalan singkat itulah aku mulai mengenal sosok yang menjadi sehabat ku selama 3 tahun. Semenjak saat itu aku dan Bernita menjadi akrab dan saling tukar informasi tentang apapun yang kita sukai. Dan semenjak itulah Bernita selalu mempromosikan warung angkringan milik orang tuaku, berkat promosinya alhamdullilah warung orang tuaku semakin hari semakin ramai. Mungkin aku berhutang budi padanya. Setiap hari aku selalu berangkat bersama dengan nya. Bersepeda bersama?? Hahaha.., tentu saja tidak. Setiap pagi  Ita, sapaan kesayangaku padanya dan sopir pribadinya sudah siap siaga di depan gang menuju rumahku. Maklum lah mana muat mobil mewah seperti itu melewati gang tikus ini. Mungkin saking baiknya Ita, kadang ketika pulang sekolah aku dan Ita sering mampir di mall mall untuk sekedar makan ataupun jalan jalan. Jika melihat semua ini aneh rasanya. Ko ya ada gitu lho anak orang kaya sebaik dia.
Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Tak terasa sebentar lagi akan diadakan Ujian Akhir Semester yang pertama. Satu minggu penuh aku dan Ita rajin belajar kelompok di rumah Ita.
“ini gimana sih caranya, Ra??”
“ooh ini, caranya mencari nilai X-nya dulu baru dikuadratkan”
“oooh.. begitu aku coba dulu ya”
****
Ujian Akhir Semester pun tiba. Sayang sekali aku dan Ita tidak satu ruang. Tapi tak apa yang penting hati ku selalu satu ruang dengan Ita. Alhamdullilah, semua yang dipelajari saat belajar kelompok 90% keluar semua.
*hari terakhir Ujian*
“Hallo Zahraaaaaaaaaa” sapa Ita didepan gerbang sekolah
“nyapanya jangan keras-keras. Berisik tauk..!”
“hehehe... iya deh iya, oh iya hari ini kan hari terakhir Ujian. Gimana kalo nanti pulang sekolah kita me-refresh otak dan pikiran kita, gimana?”
“eemm.., emangnya mau kemana?”
“ya kemana ke yang penting kita senang”
“eemm.. boleh deh boleh”
“yeeeee.... asyiik, sampai ketemu nanti siang Zahraaaa”
*Saat pulang sekolah*
“Selamat siang putri Zahra Kamellia”
“iih panggilnya biasa aja kali -_-“
“hahaha.. iya deh iya. Oia jadi kan kita?, yuk berangkat sekarang keburu sore nih”
Saat berada didalam mobil aku dan Ita banyak bercerita, bahkan kadang naluri narsis kita muncul ketika melihat lensa kamera handphone. Tak terasa kita mobil yang membawa aku dan Ita sudah sampai di parkiran tempat bermain. Disana aku dan Ita hampir mencoba semua wahan permainan yang ditawarkan. Sampailah kita didepan box
“eeh Ra, coba deh liat yang didepan kita ini apa?”
“didepan kita??, photobox maksud kamu?”
Dengan wajah yang berseri seri “iyaaaa...”
“trus kenapa kalo didepan kita ada photobox?”
“masuk yuuk”
“aah.., enggak ah males”
“ayo, coba dulu kan asiik”
“ya udah deh, demi kamu”
“ayoo donk Ra bergaya, 1.. 2.. 3.. chreees J, lagi Ra lagi”
“udah ah jangan banyak banyak”
“iyee, ini juga udah selesai ko tinggal nunggu jadinya aja”
“hmmm...”
“nih fotonya udah jadi buat kamu satu, dirawat baik baik kalo perlu dilaminating juga bagus, hehehe”
“iya iya bawel, udah ah pulang yuk, udah sore”
“siap komandan”
Saat perjalanan pulang, aku dan Ita tak banyak bicara mungkin karena badan sudah lelah dan sudah capek. Perjalanan dari tempat bermain ke rumah memang memakan waktu yang lumayan lama. Kesempatan ini aku gunakan untuk tidur sejenak. Hoooaam., saat kubuka mata ternyata sudah sampai di gang depan rumah. Secepat mungkin aku turun dari mobil. Saat akan memasuki gang tiba tiba Ita memanggilku.
“Raaa.., tunggu dulu”
“ya, kenapa ta?”
“em, ini aku Cuma mau ngasih undangan, datang ya besuk Sabtu ke rumah J
********************************************************************************